Friday, March 27, 2009

POHON ZAQQUM

Pohon Zaqqum.

(diinspirasikan oleh ajakan kawanku isrestu, ‘sehari sepotong ayat Al-Quran’)

Berlindung di bawah pohon Zaqqum
Kupetik buah Dari; ternyata
Pahitnya bukan kepalang empedu
“Itu minuman para pendosa,” kata jin
Tekakku dahaga
Kuteguk air
Busuk dan panas menggelegak
Melecur lidah dan tenggorokan
Lambungku terbakar hangus dari dalam
Dari air logam pijar melebur hancur
Dalam keperitan teramat sangat,
Sejuta bisa menusuk sejasad raga
Aku terlolong meminta tolong
Yang kuterima
“Lontarkan dia ke ngarai api”
“Sirami kepala dengan magma yang menyala”
Terbakar lecur kulitku
Beliung api menikam nyeri sembilu
Menusuk segenap deria sarafku
Airmataku keluar mendidih
Bagaikan pawana menguap panas-ganas
Merebus mata di mangkuk bola
Belulangku membara rentung
Tengik lemakku cair; jadi bahanapi
Membakar diri membakar sendiri
Kematian mendatang
Namun mati tak kunjung hilang
Bila sakit itu reda
Regenerasi kulitku tumbuh semula
Cantik dan mulus seperti sediakala
Ku dipakaikan jubah api, destar berbara
Terpanggang kulit sekali lagi
Dan berulang kali. Kapan aku mati?

Lalu,
Kutannya pada jin kenapa?
“Kamu pendosa penggugur janin!”
Lantas ku Tanya lagi
“Kenapa kau disini?”
“Kerana menghasutmu....”

(sebuah sajak derivatif Qalami oleh Rahmat Haroun Hashim)

2 comments:

  1. How tragic Rahmat !How frightful !

    Can we just meet by the Kolah Al Kawthar instead
    And smoke the pipe of eternal peace
    Discuss past 'lives' that seem like yesterday
    Recollect the universal oath, done before Time
    That, Yes! indeed We Accept
    The Contract ....The Contract.

    ReplyDelete
  2. Writing puisi is like living in a spiritual sanctuary

    ReplyDelete