RESENSI BUKU Di.Ar.Ti karya Dr. Rahmat Haroun Hashim (MEMBACA ANEKA HIKMAH DALAM BUKU YANG TELAH BERUSIA SENJA, 20 TAHUN)
Peresensi: Moh. Ghufron Cholid
Guru Bahasa dan Sastra Indonesia, tinggal di Madura
Membaca Novel Di.Ar.Ti karya Dr. Rahmat Haroun Hashim, Malaysia, kita diajak bertamasya memaknai hakekat seorang peneliti, betapa pentingnya sebuah penelitian bagi seorang peneliti sehingga mau tidak mau nyawapun akan dipertaruhkan.
Kisah seperti ini dicontohkan oleh Dr. Jalani ketika mau mempertahankan penelitiannya dari sahabat karibnya Mr. Chong, penelitian yang dilakukan pada Sutrisno adalah bukti kesungguh-sungguhannya Dr. Jalani dalam mengabadikan jejaknya di dunia penelitian.
Masih ada keunikan yang lain, yang ingin diperkenalkan Dr. Rahmat Haroun Hashim dalam buku Di.Ar.Ti ini, novel ini menjelaskan juga tentang bagaimana Islam memperlakukan umatnya, sebenarnya Islam itu mudah, tidak menyulitkan umatnya dalam beribadah, namun kadang kita sendiri yang mempersulit diri dalam beribadah.
Adalah suatu cirri khas yang takkan pernah hilang dalam benak kita, bila kita membaca novel-novel karya Dr. Rahmat Haroun Hashim yaitu kepiawaiannya dalam menggabungkan ilmu sejarah, ilmu pengobatan, ilmu bahasa dan ilmu-ilmu lainnya.
Novel Di.Ar.Ti adalah salah satu novel dari 7 novel yang diterbitkannya. Meski novel ini diterbitkan pada tahun 1990 untuk cetakan keduanya namun novel ini masih memiliki daya tarik tersendiri untuk dikaji.
Novel ini cocok untuk dibaca oleh semua kalangan khususnya pembaca yang gemar melaksanakan penelitian.
Di dalam novel ini, dikisahkan pula hitam putih dunia penelitian. Hal semacam ini patut kita acungi jempol karena dengan keberanian penulisnya dalam mengungkapkan peristiwa yang jarang diungkap oleh penulis lainnya.
Seharusnya penduduk Malaysia bias berbangga hati dengan hadirnya novel Di.Ar.Ti ke tengah-tengah kehidupan yang serba komplek ini.
Saya sebagai pembaca dan penikmat sastra yang lahir dan hidup di Madura merasa bersyukur dengan terbitnya buku ini karena banyak menyuguhkan aneka ragam hikmah.
Walau usianya bias dibilang cukup tua, bayangkan saat sekarang usia novel tersebut sudah 20 tahun namun masih mempunyai charisma.
Al-Amien, 25 Oktober 2010
No comments:
Post a Comment